Covid-19 Meningkat di Kota Bandung Meragukan Pelaksanaan Sekolah Pembelajaran Tatap Muka
bdgtoday.com /KOTA BANDUNG- dinamika Pembelajaran Tatap Muka Terbatas (PTMT) terus berkembang, Satuan Tugas Penanganan Covid-19 Kota Bandung tetap ingin memastikan pelaksanaanya berjalan sesuai protokol kesehatan. Satgas Penanganan Covid-19 Kota Bandung terus memantau pelaksanaan uji coba PTMT, termasuk di tingkat Sekolah Menengah Atas (SMA).
PTMT rencananya baru dilaksanakan pada Juli mendatang. Untuk Kota Bandung, pelaksanaanya tergantung keputusan Wali Kota Bandung.
Ketua Harian Satgas Penanganan Covid-19 Kota Bandung, Ema Sumarna pada Selasa (15 Juni 2021), meninjau pelaksanaan uji coba PTMT. Kali ini ia meninjau pelaksanaan di SMAN 8, SMAN 3, dan SMAN 5 Kota Bandung.
“Secara umum mereka (pihak sekolah) siap, hanya nanti pimpinan akan mengambil kebijakan dan diselaraskan dengan situasi kondisi perkembangan dinamika covid-19 di Kota Bandung,” ujar Ema di SMAN 5 Bandung.
Ia optimis sekolah siap dalam melaksanakan PTMT. Mulai dari kelas, toilet, masuk sekolah dengan pengecekan suhu tubuh. Termasuk ruang transit jika siswa suhu badan tinggi.
“Semuanya masuk akal, mulai dari ruangan, pintu masuk tenaga pendidik dan siswa itu beda,” ujarnya.
“Pola pengaturan ruangan kelas, tenaga pendidik juga tahu jika pembelajaran maksimal hanya 25 persen. Pembejaran hanya 2 kali dalam seminggu, hanya 2 mata pelajaran,” tambahnya.
Selain itu, kantin tidak boleh beroperasi, tidak ada jam istirahat, dan siswa harus langsung pulang begitu PTMT selesai.
Ema mengatakan, akan lebih aman apabila orang tua siswa mengantar dan menjemput anaknya. Ia mengkhawatirkan siswa yang menggunakan jasa transportasi umum.
“Kalau di sini diantar jemput orang tua, tidak khawatir. Mungkin 1-2 siswa saja yang menggunakan jasa transportasi umum. Itulah yang menjadi pemikiran kita,” akunya.
Di SMAN 8, Ema mengapresiasi fasilitas yang dihadirkan dalam rangka uji coba PTMT ini, seperti tempat cuci tangan, bilik disinfektan, kapasitas ruang kelas, hingga pengawasan siswa yang harus berada di kelas meski jam istirahat.
“Saya apresiasi, siswa tidak boleh bergerak dari tempat duduknya meski jam istirahat, mereka membawa bekal masing-masing. Tapi persoalannya di sini, tidak boleh mencoba makanan orang lain, karena itu bisa jadi potensi,” katanya.
“Tinggal dipikirkan saja siswa harus membawa sendok garpu dengan artian tidak pakai tangan karena kalau pakai tangan harus cuci tangan setelah makannya, itu harus keluar kan,” lanjutnya.
Ema pun berharap pengawasan dan bimbingan terhadap para siswa terkait protokol kesehatan tidak hanya dilaksanakan dalam lingkungan sekolah saja, tetapi hingga sampai ke rumah-masing.
“Pada saat datang dan pulang layoutnya sudah bagus, yang jadi persoalan adalah kedatangan siswa yang naik pakai transportasi umum. Kalau dalam persepektif regulasi kita aman karena dalam Perwal diatur, setiap alat transportasi umum diberikan ruang kapasitas 50 persen,” katanya.
Ema mengingatkan, siswa SMA relatif masih suka bermain. “Bisa saja saling kangen begitu pulang saling bergandengan tangan, ketika proses belajar aman, tapi di luar proses belajar itu yang harus diwaspadai. Tapi woro-woro di sini pakai speaker itu bagus. Jangan ada kesempatan ruang berkerumun,” lanjutnya.
Selain itu, Ema mengingatkan kepada para guru di sekolah dengan istilah digugu dan ditiru, harus menjadi suritauladan atau menjadi contoh bagi para siswa.
“Jangan ada kelengahan, murid makan patonggong-tonggong, guru makan ngariung, akan jadi kontraproduktif. Begitu pun perilaku tidak sadar saat ngobrol maskernya dibuka misalnya,” ucapnya.
Menurut Ema, permasalahan Covid-19 ini menyangkut keselamatan, jangan sampai bermain-main dalam urusan pandemi Covid-19. “Artinya kita harus benar-benar super fokus, super disiplin, dan paling utama konsisten. Bangun komitmen yang kuat, konsisten dalam melaksanakan, disiplin sebagai landasan,” ujarnya.
“Saya yakin keselamatan itu Allah akan berikan, serta diberikan kemudahan, kelancaran, dan terutama perlindungan untuk keselamatan kita,” imbuhnya.
Terkait munculnya pendapat ahli epidemiologi yang menyatakan PTMT belum bisa dilaksanakan, Ema dapat memahaminya. Namun baginya, pemerintah berkomitmen untuk mengikuti jadwal yang masih direncanakan.
“Pengamat boleh berpendapat. Saya datang ke sini sesuai komitmen jadwal yang dibuat. Saya kalau tidak ke lapangan tidak akan tahu gambaran seperti apa,” tegas Ema.