Pendidikan

Guru Harus Memperhatikan Siswa Dalam Pembelajaran di Luar Jaringan

396views

Bdgtoday.com/ Bandung – Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) menjadi tantangan bagi sebagian siswa, terutama karena tidak semua keluarga mampu menjangkau teknologi yang memadai. Seperti terjadi di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 59 Bandung, ada siswa yang terkendala akses teknologi tersebut.

Tak hilang akal, Kepala SMPN 59 Bandung, Asep Ramdani berinisiatif untuk menggelar pembelajaran luar jaringan (Luring) dengan mengunjungi siswa yang terkendala teknologi. Ia meminta guru-guru untuk bergiliran mendatangi siswa ke rumahnya.

“Saya berpikir bahwa semua siswa itu harus dilayani. Saya itu sebagai guru sekaligus pemimpin sekolah ini harus melayani, memberikan pelayanan dalam hal pembelajaran,” jelas Asep kepada Humas Kota Bandung, Rabu (12 Agustus 2020).

Pihak sekolah mendata siswa yang tidak memiliki gawai. “Mereka kita beri layanan luring, kita buatkan modulnya dan (diajari secara) individu, tidak dikelompokkan,” imbuhnya.

Asep membagi siswa ke dalam tiga kelompok. Kelompok A adalah, mereka yang memiliki perangkat lengkap, yakni gawai, aplikasi, dan jaringan memadai. Pada kelompok ini, para guru memberlakukan pembelajaran secara daring sepenuhnya.

Kelompok B adalah, siswa yang memiliki gawai namun dengan aplikasi terbatas, biasanya hanya WhatsApp (WA). Kepada mereka, guru memberikan materi dan pengajaran melalui WhatsApp.

Sedangkan kelompok C adalah, mereka yang sama sekali tidak memiliki perangkat sehingga menghadapi kendala dalam mengakses materi pembelajaran. Dari 140 siswa di kelas VII, ada 14 siswa yang melaksanakan pembelajaran secara luring.

“Kelas IX kami cek mereka semua memiliki gawai. Kelas VIII ada dua orang, dan kelas VII 14 orang,” katanya.

Selain memberikan modul, pada saat mengunjungi siswa, Asep dan para guru juga memberikan bantuan alat tulis untuk menunjang pembelajaran.

Kendati bisa saja dilakukan oleh guru, namun Asep ingin turun sendiri mendampingi para guru melakukan pembelajaran luring. Ia merasa harus memberikan dukungan kepada guru dan para muridnya dalam melaksanakan pembelajaran di tengah pandemi ini.

“Sengaja saya dampingi. Pertama memotivasi guru supaya semangat. Kedua, kepala sekolah itu punya lima kompetensi yang harus dimiliki,” ujarnya.

Kelima kompetensi itu antara lain kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, kompetensi manajerial, kompetensi supervisi, dan kompetensi wirausaha. Selain itu kepala sekolah juga punya tugas kepemimpinan dan pembelajaran.

“Jadi karena sekolah itu memberikan layanan pembelajaran, maka saya dampingi seperti tadi supaya kita melihat bagaimana interaksi antara guru dan siswa,” imbuhnya.

Di sisi lain, ia juga jadi bisa mengetahui kondisi tiap-tiap siswanya. Mulai dari kondisi lingkungannya, latar belakang keluarganya, hingga motivasinya untuk belajar. Ia juga mengaku puas jika orang tua dan siswa menjadi bahagia dengan kedatangan pihak sekolah.

“Ada kepuasan tersendiri terjadi. Ternyata siswa dan orang tua itu merasa bahagia ketika kita datangi, apalagi yang turun itu kepala sekolah. Kepala sekolah itu kan beda dengan guru jadi perhatiannya berbeda, jadi saya bisa ngobrol dengan siswa, dengan orang tua. Itu yang saya sangat puas,” tuturnya.

Tak jarang, ia juga membantu para siswa Rawan Melanjutkan Pendidikan (RMP) untuk menerima bantuan lain dari pemerintah. Ia pernah menemui keluarga siswa yang miskin namun belum terdaftar dalam program bantuan pemerintah.

“Kami daftarkan untuk mendapatkan program Kartu Indonesia Pintar (KIP), atau program lain. Kami koordinasi dengan lurah atau camat,” jelasnya.

Sementara itu, kunjungan dari sekolah ini mendapatkan apresiasi positif dari orang tua siswa. Salah satunya, Mimin Mintarsih yang mengaku berterima kasih kepada pihak sekolah yang telah berkenan untuk mengunjungi anaknya yang memiliki keterbatasan akses terhadap materi sekolah.

“Saya sangat terbantu sekali dengan datangnya bapak ibu kepala sekolah ini, soalnya saya gimana bingung juga enggak ada HP,” ucap Mimin.

Awalnya, lanjut Mimin, anaknya meminjam ponsel milik bibinya. Namun semakin hari semakin terkendala karena harus berbagi ponsel.

Hal yang sama juga diungkapkan Ririn. Ia mengapresiasi pihak sekolah yang rela mengunjungi siswa satu persatu.

“Kalau sekolah lain kayaknya enggak sampai didatengin gini, kalau sekolah ini bagus sampai datang. Kami sangat tertolong,” ucapnya.*